The Rich History of Tempura

 

Tempura, a beloved dish characterized by its light, crispy batter, has a fascinating history that traces back to the 16th century. It is widely accepted that the original technique of batter-frying fish and vegetables was brought to Japan by Portuguese missionaries, who did so during the period of cultural exchange known as the Nanban trade. This introduction significantly impacted Japanese cooking techniques, as it allowed for new culinary flavors and preparation methods to blend with traditional practices.

Over the years, tempura evolved significantly as it assimilated local ingredients and cooking styles. Initially, this dish mainly featured seafood, reflective of Japan’s rich marine resources. However, as time progressed, cooks began to incorporate a broader range of ingredients such as seasonal vegetables. This adaptation was essential to the evolution of tempura, allowing it to become more versatile and widely enjoyed across various regions of Japan.

Different areas in Japan exhibit their own unique takes on tempura, influenced by local produce and culinary customs. For instance, in the Kanto region, tempura is often enjoyed with a dipping sauce known as tentsuyu, while the Kansai region prefers a salt-based accompaniment. These regional variations highlight the cultural significance of tempura within Japanese dining, as it fosters a unique connection to the area's natural resources and cooking methodologies.

Additionally, tempura holds a ceremonial role in traditional Japanese meals, reflecting the attention to seasonal and aesthetic presentation that is a hallmark of Japanese cuisine. Its preparation and consumption, often accompanied by steamed rice or soba noodles, showcases the harmonious balance of flavors typical in this culinary culture. Through its rich history and cultural importance, tempura has undeniably established itself as a staple in the landscape of Japanese gastronomy.

Savoring Tempura: A Culinary Journey to Japan

Explore the rich history and evolution of tempura, a popular Japanese dish known for its light, crispy batter. Learn about the origins brought by Portuguese missionaries, regional variations, and the art of making perfect tempura with fresh ingredients. Discover where to experience exceptional tempura in Japan, from traditional izakayas to high-end restaurants, and understand the significance of this culinary staple in Japanese culture. Whether you're a cooking enthusiast or a culinary traveler, this guide will enhance your appreciation for tempura's delightful taste and textures.

Duta Besar RI untuk Kerajaan Kamboja Santo Darmosumarto menyatakan bahwa kesempatan berinvestasi di Kamboja bagi pemilik modal dari Indonesia terbuka lebar di semua sektor bisnis di negara itu.

 

“Hampir semua sektor bisnis di Kamboja potensial karena industri manufaktur negara tersebut masih sangat lemah. Jadi, apa pun yang kita bisa produksi punya potensi besar di sana,” kata Santo di Tangerang, Banten, Jumat.

 

Ditemui usai membuka agenda “Forum Bisnis dan Infrastruktur Kawasan Sungai Mekong” dalam rangkaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, ia mengatakan bahwa ada pandangan tujuan kemitraan Indonesia di ASEAN saat ini didominasi oleh anggota awal ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.

 

Untuk itu, KBRI Phnom Penh berupaya menarik investasi Indonesia ke negara-negara di kawasan Sungai Mekong seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar. Tak hanya dengan UMKM setempat, KBRI juga mengincar kerja sama dengan perusahaan besar setempat untuk memacu penetrasi pasar ke Kamboja.

 

Dubes juga menyoroti Kamboja dapat menjadi pintu masuk ekspor ke negara lain, seperti China.

“Sebaliknya, investor dari Laos dan Kamboja juga ingin sekali mengekspor produk-produknya ke Indonesia,” ucap Santo, menambahkan.

 

Lebih lanjut, potensi investasi ke Kamboja diperkuat dengan kondisi sebagian besar komoditas yang biasa dinikmati warga Kamboja adalah komoditas impor dari negara lain, ucap Dubes.

 

Santo kemudian menyoroti pameran “Sousdey Indonesia” yang digelar KBRI Phnom Penh baru-baru ini telah diikuti 71 bisnis dari Indonesia yang menawarkan beragam produk seperti es krim, batik, maupun pelumas mesin.

 

Dubes menyebut produk mi instan dan kosmetika buatan RI diminati warga Kamboja. Namun, masih banyak warga setempat yang tak menyadari bahwa produk tersebut adalah buatan RI, karena selama ini produk impor yang mereka dapatkan sebagian besar berasal dari Thailand atau Vietnam.

 

Oleh karena itu, pihaknya akan terus mempromosikan produk buatan Indonesia yang terbukti semakin diterima masyarakat Kamboja.

“Tinggal menunggu waktu sebelum produk-produk buatan Indonesia jadi semakin populer di Kamboja,” ucap Santo.

Selain Dubes Santo, forum tersebut turut dihadiri oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan, dan Country Director Asian Development Bank (ADB) Indonesia Jiro Tominaga.

Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo berlangsung pada 9-12 Oktober 2024.

Tujuan penyelenggaraan kegiatan itu adalah mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia yang lebih tinggi lagi, meningkatkan kualitas dan daya saing produk Indonesia serta mampu merambah ke pasar yang lebih luas.